Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak




Peran keluarga dalam pendidikan anak.  Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.  
 
Pendidikan orang tua terhadap anak
Secara sosial-psikologis, keterlibatan orang tua dalam mendidik anak-anaknya adalah tuntutan sosial dan kejiwaannya. Sebab pada umumnya setiap individu berkeinginan memiliki posisi terhormat di hadapan orang lain dan setiap individu meyakini bahwa kehormatan adalah kebutuhan naluri insaniahnya. Tidak seorangpun yang akan menjatuhkan martabatnya sendiri di hadapan orang lain. Dalam konteks ini, anak adalah simbol sosial dan kebanggaan psikologis orang tua di lingkungan sosialnya. Lingkungan yang baik juga akan ikut berbangga hati jika terdapat anak sebagai generasi penerus yang berkualitas dan mampu meninggikan martabat dan nama baik lingkungan sosial dan bangsanya. Dari sini dapat kita lihat pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak.

Orang tua (ibu dan ayah) sebagai pendidik utama di keluarga harus saling bekerja sama untuk mendidik anaknya. Bagi suami yang mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada istrinya dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian antara suami dan istri saling menutupi kelemahannya masing-masing. Di antara anggota keluarga, maka peranan ibu adalah yang paling dominan dan penting terhadap anak-anaknya. Hal tersebut dikarenakan sejak anak dilahirkan, ibu adalah orang yang selalu di sampingnya. Ibu yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercengkerama dengan anak-anaknya. Itulah sebab kenapa kebanyakan anak lebih dekat dan lebih mencintai ibunya dari pada anggota keluarga lainnya.

Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Baik dan buruknya pendidikan ibu terhadap anak-anaknya berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya di kemudian hari. Oleh karena itu pendidikan yang dimiliki oleh seorang ibu sangat penting sebagai modal dalam mendidik anaknya. Ibu yang baik akan memberikan satu tradisi yang baik dan berguna bagi anak-anaknya. Tradisi tersebut seperti melekatkan hati sang anak dengan masyarakatnya melalui berbagai aktivitas yang berguna.
Seorang pendidik yang mendidik satu anak perempuan adalah lebih utama dibanding seorang pendidik yang mendidik satu anak laki-laki karena dari rahim perempuan itulah akan lahir anak-anak yang akan dididik olehnya.

Apabila perempuan terdidik dengan baik niscaya pemerataan pendidikan telah mencapai sasaran sebab ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Minim sekali orang yang terlepas dari jangkauan ibunya. Ibu adalah pendidik dan sekolah bagi rakyat yang mau mengajar dan mendidik tanpa mengenal lelah. Ibu mencurahkan semua waktu, tenaga, emosi, dan ekonomi untuk mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.
Di samping ibu, seorang ayah juga memegang peranan yang penting pula. Dalam ilmu pendidikan, peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya antara lain :
1. Sumber kekuasaan di dalam keluarganya.
2. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar.
3. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga
4. Pelindung terhadap ancaman luar
5. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan.
6. Pendidik dalam segi-segi rasional.

Ada beberapa ikhtiar yang bisa dilakukan oleh ayah untuk mendidik anak dalam mengembangkan karakternya, antara lain :
1. Selalu menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan anak walaupun hanya   sebentar. Keterlibatan ayah ini dapat dilakukan melalui permainan, pemberian pujian, dukungan, dan menanyakan kejadian-kejadian yang dialami anak pada hari itu.

2. Menghindari tingkah laku menghina, meremehkan, memarahi, dan memerintah anak karena hal ini akan menimbulkan perilaku agresif dan tidak kooperatif pada anak.

3. Mengusahakan ikut terlibat secara aktif dalam mentransfer nilai-nilai yang baik bersama anak.

4. Mengupayakan diri sebagai figur idola bagi anak-anaknya. Misalnya dengan istiqomah dalam memberikan kasih sayang, perhatian, sikap tulus, supporting, dan kehangatan.

Bagi anak laki-laki, ayah dapat menjadi contoh yang baik baginya untuk belajar bagaimana berkata, bersikap, berperilaku, dan berfikir sebagai seorang laki-laki. Melalui ayahnya, anak laki-laki belajar tentang cara memperlakukan perempuan, cara menyelesaikan masalah, dan cara mempertahankan pendapat. Bagi anak perempuan, ayah merupakan tempat dia belajar tentang hal-hal yang biasanya dominan pada laki-laki, seperti kekuatan, ketegaran, keruntutan berfikir, pengendalian emosi, dan lain-lain.

Metode mauizah merupakan metode dalam mendidik anak yang ditawarkan oleh al-Qur’an melalui lisan seorang ayah yang bernama Luqman Hakim. Al-Qur’an mengungkapkan kisah Luqman Hakim yang mengindikasikan signifikansi mendidik anak dengan cara menyampaikan pesan-pesan moral untuk mempersiapkan anak menjadi orang yang berkualitas dan sempurna baik iman, akhlak, jiwa dan juga rasa kepekaan sosialnya. Tahapan-tahapan dalam menyampaikan metode mauizah yang disampaikan oleh Luqman Hakim antara lain :
1. Menyampaikan pesan-pesan agar senantiasa memiliki perasaan takut kepada Allah.
2. Mengajak melakukan kebajikan dengan disertai peringatan.
3. Memberi mauizah hasanah.
4. Memberi motivasi dengan nasehat.
5. Menyampaikan anjuran untuk mengikuti jalan yang benar.
6. Memberikan dorongan agar senang melakukan kebajikan.
7. Menyampaikan janji dan ancaman (dengan agak keras) seperti yang terdapat dalam al-Qur’an.

Metode Luqman Hakim di atas dapat dijadikan sebagai metode dalam mendidik anak bukan hanya bagi seoarang ayah tapi juga seorang ibu. Sayangnya kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang agak besar. Karena kesibukannya, kadang ayah tidak ada waktu untuk bercengkerama dengan anak-anaknya. Segala urusan rumah tangga seperti mendidik anak-anaknya dibebankan sepenuhnya terhadap istrinya. Cara mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri seperti yang dilakukan seorang ayah di atas rasanya kurang tepat lagi, mengingat tugas dan tanggung jawab istri dalam keluarga semakin berat. Apalagi bagi yang keduanya harus bekerja di luar rumah sedang di dalam rumah tidak ada kakek, nenek, ataupun pembantu.

Karena kesibukan orang tuanya akhirnya tak jarang pendidikan anak-anak dalam keluarga diserahkan ke kakek atau neneknya atau bahkan ke pembantunya.

Umumnya, seorang kakek ataupun nenek merupakan sumber kasih sayang yang berlebihan terhadap cucu-cucunya. Hal itu dikarenakan mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucu-cucunya itu, mereka semata-mata memberi belaka sehingga merekapun terlalu memanjakan cucu-cucunya. Dalam suatu keluarga yang berdiam serumah dengan kakek ataupun nenek sering sekali terjadi perselisihan antara orang tua anak dan kakek ataupun nenek mengenai cara mendidik anak-anaknya. Pandangan tersebut sering bertentangan karena perbedaan visi dalam mendidik anak. Orang tua berkewajiban mendidik anaknya sebaik mungkin dan akan melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya sedangkan kakek maupun nenek merasa pola asuhannyalah yang terbaik karena mereka sudah banyak makan asam garam dari pada anaknya (orang tua anak itu). Dari pengalaman tersebut orang mengetahui bahwa untuk kepentingan pendidikan anak-anaknya sering lebih baik jika keluarga tersebut tinggal terpisah dari kakek dan neneknya. Kakek dan neneknya cukup berkunjung saja untuk menyenangkan hati anak dan cucunya.

Kemudian pada keluarga yang berkecukupan ekonominya sering memiliki seorang atau lebih pembantu rumah tangga. Tugasnya adalah menyelesaikan urusan-urusan rumah tangga seperti bersih-bersih, memasak, menjaga rumah dan yang lain sebagainya bahkan tak jarang pembantu rumah tangga juga diserahi tugas untuk mengasuh anak-anaknya karena kesibukan orang tuanya. Dalam konteks tersebut, pembantu rumah tangga dapat dikatakan sebagai anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak di dalam keluarga.

Tak jarang kedekatan anak-anak dengan pembantunya malah menjadikan anak-anak lebih patuh dengan pembantunya. Dengan demikian pembantu rumah tangga juga mempunyai peranan yang signifikan dalam pendidikan anak. Lalu pertanyaannya adalah bagaimanakah jika pembantu rumah tangga tersebut tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam mengasuh dan mendidik anak? Oleh karena itu betapapun sibuknya orang tua harus meluangkan waktunya untuk mendidik anak-anaknya, jangan menyerahkan sepenuhnya kepada pembantunya.

Peranan pembantu rumah tangga hendaknya hanya sebatas sebagai pembantu, sedangkan yang tetap berperan dalam mendidik anak-anak adalah orang tuanya. Dari pemaparan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa peran ibulah yang memang benar-benar dominan dalam mendidik anak dan ibu adalah pendidik utama dalam keluarga. Oleh sebab itu seorang ibu yang sibuk karena pekerjaannya hendaknya lebih memilih mendidik anak-anaknya dari pada pekerjaannya. Biarlah urusan nafkah menjadi tanggung jawab suaminya. Peranan ibu yang sangat besar dalam mengasuh dan tentunya mendidik anak teramat besar sehingga menurut Nabi Muhammad, ibu adalah orang yang pertama harus dihormati dan mengibaratkan surga ada di telapak kaki ibu.

Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Perkembangan Anak
Orang tua adalah manusia yang paling berjasa pada setiap anak. Semenjak awal kelahirannya di muka bumi, setiap anak melibatkan peran penting orang tuanya, seperti peran pendidikan. Peran-peran pendidikan seperti ini tidak hanya menjadi kewajiban bagi orang tua, tetapi juga menjadi kebutuhan orang tua untuk menemukan eksistensi dirinya sebagai makhluk yang secara sehat jasmani dan rohaninya di hadapan Allah dan juga dihadapan sesama makhlukNYA, terutama umat manusia.

Karena jasa-jasanya yang tak terhingga sepanjang masa, orang tua di dalam Islam diposisikan amat terhormat di hadapan anak-anaknya. Ayah dan ibu memiliki hak untuk dihormati oleh anak-anaknya, terlebih lagi ibu yang telah mencurahkan segala-galanya bagi anak-anaknya diberi tempat tiga kali lebih terhormat dibanding ayah. Ibu telah mengandung dan menyusui minimal dua tahun dengan penuh kasih sayang dan kesabaran (QS. Al-Ahqaf : 15, QS. Luqman : 14). Kasih sayang dan kesabaran orang tua teramat penting bagi perkembangan anak didik, baik perkembangan fisik maupun psikisnya, khususnya dalam keluarga.

Dengan demikian keluarga merupakan kawah candra dimuka pertama di mana sifat-sifat kepribadian anak tumbuh dan terbentuk. Anak yang masih dalam keadaan fitroh menerima pengaruh dan kecenderungan terhadap orang tuanya. Jika orang tuanya Islam maka anaknya akan cenderung masuk Islam, Jika anak lahir dalam keluarga Nasrani maka dia akan cenderung memeluk agama Nasrani. Dan keluarga yang mendidik anaknya dengan berbuat baik maka akan menghasilkan pribadi anak yang baik, sebaliknya keluarga yang mendidik anaknya dengan buruk akan menghasilkan pribadi anak yang buruk. Maka pendidikan agama merupakan pendidikan yang utama di dalam keluarga.

Di antara anggota keluarga ibu lah yang dominan dan banyak memberikan pengaruh paling banyak dalam mendidik anak. Hal ini bisa dimaklumi karena sejak anak itu lahir sampai menginjak dewasa anak dalam kehidupan sehari-harinya lebih dekat dengan ibunya bahkan pengaruh ibu pada anak telah dimulai sejak anak itu masih dalam kandungannya. Jika pada saat mengandung ibu kekurangan vitamin, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses kelahiran dan bentuk badan anaknya (QS. Al-Rad : 8-9, QS. Al-Hajj : 22) dan demikian pula pengaruh pada anak waktu disusui ibunya, dan demikian pula apabila ibu selalu dalam keadaan sedih atau tertekan, itu bisa mempengaruhi kondisi psikis anaknya. Kondisi fisik dan psikis ayah juga mempengaruhi kondidi psikis anaknya.

Keadaan tiap-tiap keluarga tentunya berlainan. Ada keluarga yang kaya dan ada keluarga yang miskin, ada keluarga yang besar dan ada keluarga yang kecil, ada keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta ada keluarga yang selalu gaduh dan banyak pertengkaran di dalamnya. Secara alamiah, keadaan keluarga yang bermacam-macam coraknya tersebut akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak. Hal ini dikarenakan aktivitas, kejadian, dan perilaku yang terjadi di sekitar anak secara tidak langsung merupakan proses pendidikan dan akan memiliki dampak yang signifikan bagi perkembangan anak.

Pada hakekatnya, setiap kebaikan yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak dan berguna bagi diri dan orang lain. Setiap keburukan yang dilakukan seseorang juga akan berdampak pada diri sendiri dan orang lain. Tidak ada perilaku yang bersifat personal sebab semua perbuatan akan berdampak sosial meskipun sering kali suatu perbuatan diklaim dan diyakini sebagai urusan personal. Seseorang yang marah akan berdampak pada orang lain, dan begitu pula seorang yang gembira akan berpengaruh pada yang lainnya. Oleh karena itu, setiap individu dari anggota masyarakat akan mempengaruhi orang lain dan dia juga akan menjadi pengajar bagi anak-anak masyarakat itu sendiri sebab anak didik tidak akan lepas dari pengaruh sosialnya. Selain itu sudah menjadi sifat anak-anak bahwa mereka selalu ingin tahu, ingin meniru perilaku orang dewasa, dan ingin diterima di dalam masyarakatnya.Peran Keluarga Dalam Pendidikan

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar