Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini dalam Islam. Mendidik adalah
upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia, sesuai dengan manusianya. Upaya
peningkatan harkat dan martabat tersebut, betapapun mutunya, cara, metode,
teknik dan strategi dan kesungguhan yang digunakan untuknya, tidak akan mungkin
mencapai hasil yang lebih tinggi daripada martabat atau derajat manusia sebagai
manusia. Oleh karena itu pendidikan adalah usaha sadar yang diselenggarakan
berlandaskan nilai tertentu untuk membimbing, mengajar, melatih dan membina
peserta didik agar ia dapat meningkatkan, mengembangkan dan menyalurkan dengan
benar segenap potensi jasmani, rohani, akal pikir dan hawa nafsunya sehingga ia
dapat hidup lebih puas dan baik, produktif dan be1tanggung jawab secara moril dalam
rangka terpenenuhi kebutuhan dirinya. Menurut Islam pcndidikan anak dimulai
ketika anak tersebut masih dalam kandungan ibunya, atau bahkan sernenjak
seorang suami memilih calon istrinya. Mengembangkan
Potensi Anak Usia Dini dalam Islam sangat diupayakan sedini mungkin
diharapkan agar kelak menjadi investasi unggul bagi generasi yang akan datang.
Pendidikan anak dalam kandungan
memiliki metode sama halnya dengan mendidik anak setelah lahir. Metode mendidik
anak dalam kandungan khusus dirancang bukan untuk menjadikan anak dalam
kandungan pandai, tetapi untuk menstimulasi anak dalam kandungan. Oleh karena
itu dalam mengembangkan potensi anak usia dini dalam Islam, metode yang
digunakan disusun dan diterapkan melalui ibu yang sedang mengandung. Materi
mendidik anak dalam kandungan disesuaikan dengan background atau latar belakang
pendidikan orang tuanya. Jadi, semua materi pelajaran agama Islam, dapat
dijadikan materi dalam pendidikan anak dalam kandungan. Anak yang masih dalam
kandungan memiliki potensi-potensi yang sudah dapat dikembangkan antara lain:
Pertama, Potensi Jasmaniyah terdiri dari; Potensi Fisik (tubuh), Potensi
Indrawi, Kedua, Potensi Rohaniyah. Upaya yang dilakukan dalam mengembangkan
potensi anak usia dini dalam Islam adalah pengembangan potensi anak dalam
kandungan yaitu jasmaniyah dengan menjaga kesehatan ibu yang sedang hamil dan
memperhatikan apa saja yang dimakan agar tidak mencelakakan anak yang dalam
kandungan. Hal-hal yang dikhawatirkan membahayakan anak yang dalam kandungan
harus dihindari dari sekarang agar anak yang dilahirkan kelak lallir dengan
nonnal serta sehat jasmani dan rohaninya
Anak usia dini memiliki potensi
yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi dengan berbagai
informasi dan pengalaman. Penelitian menunjukkan anak usia dini adalah masa
windows of opportunity. Pada masa ini, otak anak bagaikan spons yang dapat
menyerap cairan. Agar dapat menyerap, spons tersebut tentunya harus ditempatkan
dalam air. Air inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak
peranan orangtua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan
mengenalkan mereka pada aktivitas yang diminatinya.
Jika sejak bayi anak sudah
distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap.
Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak sering dirangsang, maka anak
akan mengalami keterlambatan berbicara. Namun, jika anak intens diajak
berbicara, kemampuan verbalnya pun akan terstimulasi dengan baik.
Hasil penelitian tentang
perkembangan intelektual anak menunjukkan bahwa pada usia 4 tahun anak sudah
mencapai separuh dari kemampuan intelektualnya, dan pada umur 8 tahun akan
mencapai 80 %. Setelah umur 8 tahun, kemampuan intelektualnya hanya dapat
diubah sebanyak 20%. Selama 4 tahun pertama dari kehidupannya, perkembangan
intelektual anak sama banyaknya dengan perkembangan selama 13 tahun berikut.
Karena itu, menggali dan mengembangkan potensi mereka sejak dini menjadi sangat
penting. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kapasitas belajar anak yang
terbentuk dalam masa ini akan menjadi landasan bagi semua proses belajar pada
masa depan. Orang dewasa yang tetap ias belajar dengan mudah umumnya adalah
mereka yang dari sejak kecil terbiasa menggunakan otaknya untuk belajar. Mereka
yang cabang-cabang otaknya lebih banyak karena sering dipakai belajar sewaktu
kecil, ternyata punya respon yang lebih bagus, inisiatif yang lebih cepat, daya
tangkap dan ketelitian yang lebih bagus. Selain itu, motivasinya untuk maju
juga berbeda.
Keberhasilan suatu pendidikan
sering dikaitkan dengan sejauhmana orangtua memahami anak sebagai individu yang
unik. Setiap anak memiliki potensi (keahlian) yang berbeda, namun saling melengkapi
dan berharga. Potensi yang dimaksud di sini adalah hal-hal spesifik yang apa
pada diri anak, yang tampak lebih jika dibandingkan dengan anak seusianya.
Selain unik, mereka adalah tetap anak-anak, yang masih terus tumbuh dan
berkembang. Anak-anak pada dasarnya kreatif. Mereka mempunyai ias-ciri individu
yang, misalnya, rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, dan memiliki
imajinasi yang tinggi. Pengalaman konkret adalah yang dibutuhkan anak dalam
usia ini. Untuk itu, sejak dalam kandungan, ibu dapat melakukan berbagai hal
yang dapat menstimulasi perkembangan otak bayi. Di antaranya dengan membacakan
cerita, ayat-ayat al-Quran atau sekadar mengajak bayi mengobrol. Penelitian
menunjukkan otak bayi dalam kandungan dapat merespons kondisi di luar; telinga
bayi tersebut dapat mendegar apa yang ibu iasma.
Munculnya potensi (kemampuan)
anak memang bergantung pada rangsangan yang diberikan orangtua. Karena itu,
wajib bagi orangtua untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak
dini. Makin dini anak menerima stimulasi akan makin baik. Lalu apa yang
semestinya dilakukan orangtua untuk menggali dan mengembangkan potensi anak
usia dini?
1. Kenali potensi anak.
Orangtua harus belajar tentang
semua hal yang berhubungan dengan cara mengenali potensi anak. Lakukan
pengamatan dan identifikasi terhadap perilaku anak. Apakah anak mempunyai
kelebihan-kelebihan tertentu, seperti: dapat berjalan dan berbicara pada usia yang
sangat dini, lebih cepat dari anak seusianya; mempunyai kecepatan dalam
penguasaan berbagai informasi; mempunyai kemauan memperhatikan suatu persoalan
dalam waktu yang lama, mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sehingga mampu
berkomunikasi dengan bahasa yang komunikatif pada usia dini dan mempunyai
kemampuan mengekspresikan gagasannya dengan bahasa yang kompleks; mempunyai
kemampuan menceritakan suatu kejadian (cerita) dengan cukup jelas; mempunyai
kemampuan mengingat yang cukup tinggi; memiliki daya kreasi dan imajinasi yang
tinggi dan sebagainya. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
perlakuan atau metode pendekatan yang dipakai untuk masing-masing anak dalam
proses pembelajarannya juga berbeda.
Mengenali potensi anak dapat dilakukan
dengan permainan. Permainan merupakan cara pertama untuk melatih kepekaan, daya
imajinasi, kecenderungan, dan keterampilan anak. Permainan juga dapat digunakan
untuk membentuk kemampuan alami dan intelektual anak. Permainan imajinatif
ataupun simbolik akan membantu mengembangkan kecerdasan anak. Ketika kemampuan
anak meningkat dalam menyelesaikan persoalan yang kompleks dalam permainan maka
akan bertambah luas pula kadar informasi dan pengetahuan bahasanya dibandingkan
dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya. Pilihlah permainan yang dapat
menumbuhkan kemampuan motorik dan kognitif sesuai dengan usianya. Permainan
tradisional yang banyak menuntut bergerak aktif, seperti petak umpet, bermain
drama atau lompat tali sangat baik dilakukan. Orangtua juga dapat mengenalkan
anak dengan berbagai permainan edukatif yang dapat merangsang imajinasinya dan
juga motoriknya, yakni dengan cara mengamati dan meraba; misalnya puzzle,
kertas gambar, pensil warna dan sebagainya. Biarkan anak berkreasi sesukanya.
Permainan-permainan seperti ini dapat mengembangkan kecerdasan dan imajinasi
anak dengan cara menyenangkan. Jadi anak pun tertarik untuk mempelajari hal-hal
baru dan tidak merasa terbebani. Jika anak masih muda, mulailah dengan puzzle
sederhana. Seiring bertambahnya umur, orangtua ias memberikan puzzle yang lebih
sulit. Untuk mengembangkan kemampuan bahasanya, lakukan kegiatan seperti
membacakan buku cerita, permainan menyusun kata. Mengelompokan benda-benda di
rumah berdasarkan kategori; misalkan benda berwarna merah, benda berbentuk
bundar dan lain-lain akan dapat mengembangkan kemampuan logikanya. Menari,
berolahraga, bermain sandiwara, boneka tangan akan dapat mengembangkan
ketrampilan motoriknya. Jangan lupa libatkan anak yang lain ketika bermain agar
kemampuan interpersonalnya juga berkembang dengan baik.
2.Berikan stimulasi yang tepat.
Stimulasi adalah berbagai
rangsangan, entah itu kesempatan bermain, fasilitas belajar, atau materi
(misalnya cerita atau bacaan), yang dapat memicu anak untuk belajar atau mengolah
pengajaran. Rangsangan juga ias berbentuk sentuhan yang abstrak, misalnya
dukungan dan keterlibatan orangtua dalam proses belajar anak. Riset mengungkap
bahwa keterlibatan orangtua dalam belajar anak sangat punya peranan dan
kontribusi yang akan dimaknai sebagai motivasi oleh si anak. Rangsangan akan
membentuk cabang-cabang otak sebanding dengan yang kita berikan. Selain itu,
pengetahuan dan pengalaman si anak juga semakin kaya. Perlu pula dibentuk
kebiasaan belajar atau tradisi berprestasi dalam keluarga. Tradisi di sini
adalah berbagai bentuk pembiasaan positif, misalnya membaca, perhatian dan
tanggung jawab terhadap tugas, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah,
dan berbagai sifat-sifat positif lain.
Berikan stimulasi yang sesuai
dengan tahapan usia anak; mulai dari perkembangan motoriknya, bahasa, berpikir
dan sebagainya. Dari pengamatan sehari-hari yang dilakukan orangtua, dan minat
serta kemampuan anak, akan terlihat kecenderungan dan kemampuan tertentu dalam
dirinya. Stimulasi yang diberikan tidak boleh hanya berdasarkan satu aspek
saja, tetapi harus diberikan secara menyeluruh pada berbagai aspek, misalnya
saja iasm penginderaan. Sistem penginderaan ini termasuk di dalamnya
pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan pengecapan. Selain itu,
stimulasi yang diberikan harus juga dapat merangsang gerakan, baik gerakan
kasar maupun halus. Kemudian stimulasi juga harus dapat merangsang perasaan dan
pikiran anak. Pada usia 0-3 bulan, misalnya, stimulasi dilakukan dengan
memberikan senyuman, berbicara, menirukan ocehan anak, membunyikan berbagai
suara sampai menggerakkan benda-benda berwarna mencolok. Kemudian pada usia
hingga 6 bulan stimulasi dapat ditambah dengan bermain mencari sumber suara,
mengulang beberapa kata, meraih dan memegang mainan, dirangsang tengkurap, dan
lain sebagainya. Hal yang mesti diingat oleh orangtua, stimulasi sebaiknya
dilakukan secara terus-menerus setiap ada kesempatan, misalnya sambil mengganti
popok ataupun sambil memberi makan. Semua itu dilakukan dalam suasana bermain,
penuh kegembiraan dan bervariasi. Pada fase berikutnya, rangsanglah anak agar
tertarik untuk mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal di
lingkunganya.
3. Berikan dukungan.
Berikan dukungan kepada anak
tentang banyak hal, baik bersifat material, seperti permainan, atau hadapkan
anak dengan berbagai persoalan dan dampingi mereka untuk belajar bagaimana
menyikapi persoalan tersebut. Berikan perhatian penuh pada anak dan kondisikan
untuk selalu merasakan kenyamanan. Perhatian dan apresiasi yang diberikan
kepada anak akan membuat kemampuan dan kecerdasannya terus tumbuh dan
berkembang.
4. Berikan pujian.
Lemparkan pujian kepada anak
ketika ia telah menguasai sebuah kebiasaan sekecil apa pun. Berikan pula pujian
ketika ia menunjukkan hasil karyanya. Ketika kemampuan anak telah mulai
terlihat, giliran menyalurkannya dengan baik. Penghargaan yang kita berikan
akan memacu motivasinya untuk terus mencoba. Meskipun masih kita rasa kurang,
jangan sampai kita mencemooh hasil yang telah anak-anak lakukan karena ini akan
berbahaya bagi kelangsungan rasa percaya dirinya. Anak yang memiliki rasa
percaya diri yang tinggi akan lebih kuat menghadapi tekanan dari lingkungannya
daripada anak yang rendah diri.
5. Ajak anak untuk berkreasi
desuai imajinasinya.
Berikan kertas berwarna dan
mintalah kepada anak untuk mengguntingnya sesuai keinginan, lalu menempelkannya
di buku gambar. Bisa pula dengan mengajak anak bermain pasir dengan menggunakan
mainan yang dimiliki. Selama orangtua kreatif, ada banyak bahan yang dapat
digunakan dan tidak mahal yang terdapat di sekitarnya. Jika imajinasi anak
terlatih, kemampuan yang lain juga dapat mudah dikembangkan.
6. Arahkan anak.
Orangtua dapat mengarahkan
kemampuan anak, misalnya jika anak suka membaca, beri ia buku cerita berwarna
dan ajak bercerita bersama. Jadikan ini aktivitas yang rutin dengan membacakan
cerita sebelum tidur, misalnya. Namun, tugas orangtua tidak berhenti sampai di
situ. Setelah mengarahkan, orangtua pun berkewajiban untuk mendampingi sang
anak dalam setiap aktivitasnya. Selain memberikan rasa nyaman dan aman bagi
anak, orangtua juga dapat mengetahui kemampuan mana yang lebih menonjol. Jika
anak bertanya sesuatu, puaskan rasa ingin tahu anak dengan menjawab setiap
pertanyaan. Jangan berikan jawaban final, tetapi jawaban yang mendorongnya
untuk semakin terus bertanya. Biasakan anak berpikir baik dalam persoalan kecil
atau besar.
7. Doronglah anak untuk belajar.
Orangtua harus memberi contoh
yang baik bahwa bukan hanya anak saja yang harus belajar, kita pun sebagai
orangtua juga harus mau belajar, termasuk berbagai metode pendidikan anak
sehingga biasa kita tanamkan pemikiran bahwa belajar itu tidak mengenal waktu dan
usia.
Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar